Berita KampusPengabdian Masyarakat

Dari Limbah Jadi Berkah: Pelatihan Pupuk Organik Cair (POC) untuk Membangun Kemandirian Petani di Nagari Paninjauan

Paninjauan, -Sebagai bagian dari upaya mempersiapkan petani yang mandiri dan sukses, perwakilan kelompok tani yang berasal dari empat jorong nagari Paninjauan, Kecamatan X Koto, Kabupaten Tanah Datar antusias mengikuti Program Kemitraan Masyarakat (PKM) dengan tema “Pelatihan Pembuatan Pupuk Organik Cair (POC) dari Berbagai Limbah Sayur”. Kegiatan ini dilaksanakan secara berkala, dimulai tanggal  3 Agustus sampai 14 September 2024 yang  diketuai oleh Fitri Amelia, M.Si., Ph.D. Kegiatan ini dirancang untuk memberikan wawasan baru kepada para petani tentang jenis POC yang bisa di produksi sendiri dengan variasi  komposisi yang beragam sesuai kebutuhan, apakah untuk pembenah tanah, pemicu tumbuhnya daun ataupun merangsang munculnya buah.

Para petani sayur di Nagari Paninjauan, Kecamatan X Koto, menghadapi tantangan serius ketika hasil panen tidak sebanding dengan biaya produksi. Akibatnya, banyak petani memilih untuk tidak memanen sayur mereka, yang berdampak buruk pada perekonomian lokal. Taufik, salah seorang kepala jorong di nagari tersebut mengungkapkan bahwa kondisi ini telah menyebabkan kerugian ekonomi yang signifikan.

Menanggapi masalah ini, tim pengabdian dari Universitas Negeri Padang (UNP) turun tangan dengan memberikan solusi berupa pelatihan pembuatan pupuk organik cair. Pelatihan ini bertujuan memanfaatkan limbah sayuran yang tidak terjual menjadi pupuk organik, yang dapat membantu petani mengurangi biaya produksi sekaligus meningkatkan kualitas dan kuantitas hasil pertanian mereka. Pelatihan ini dimulai dengan pemaparan materi oleh beberapa narasumber yang berasal dari Universitas Negeri Padang. Materi pertama disampaikan oleh Dra. Iryani, MS, Topik yang beliau angkatkan adalah tentang pembenah tanah, Zat Pengatur Tumbuh (ZPT), dan insektisida alami. ”Penggunaan ZPT dan insektisida alami sangat penting dalam meningkatkan kualitas tanah serta mengurangi ketergantungan pada bahan kimia sintetis yang berbahaya bagi lingkungan”, tegas Bu Iryani.

Sesi kedua pelatihan disampaikan langsung oleh ketua tim pengabdian, Ibu Fitri Amelia, M.Si., Ph.D. Beliau membahas secara rinci mengenai pembuatan pembenah tanah, pupuk vegetatif, pupuk generatif, serta zat pengatur tumbuh (ZPT). Semua materi ini dirancang untuk membantu petani memahami bagaimana mengoptimalkan pertumbuhan tanaman sejak masa vegetatif hingga generatif, sekaligus memperbaiki kualitas tanah agar tetap subur dalam jangka panjang.

Sesi terakhir pelatihan pembuatan pupuk organik cair yang diselenggarakan di Nagari Paninjauan oleh tim pengabdian Universitas Negeri Padang (UNP) dibawakan oleh Eka Yusmaita, M.Pd, yaitu tentang pembuatan katalis bioenzim. Materi ini mendapat perhatian besar dari para petani yang hadir, karena memperkenalkan teknologi sederhana namun sangat bermanfaat dalam dunia pertanian organik dan dalam kehidupan sehari-hari. Eka Yusmaita menjelaskan secara praktis langkah-langkah dalam memproduksi bioenzim dari bahan-bahan alami yang mudah didapatkan di lingkungan sekitar, seperti sisa kulit buah dan sayur. Menurutnya, bioenzim memiliki kemampuan untuk mempercepat proses dekomposisi limbah organik, sehingga dapat menghasilkan pupuk yang lebih berkualitas.

“Coba Bapak dan Ibu cium aroma bioenzim yang saya pegang ini,” ujar Eka sambil mengedarkan cairan bioenzim kepada seluruh peserta. “Cairannya wangi dan memiliki aroma khas, bukan? Cairan ini berasal dari sisa kulit buah atau sayur yang Bapak Ibu miliki di rumah loh.” Pernyataan Eka sontak membuat para peserta terkejut dan heran bagaimana hasil fermentasi dari limbah organik bisa beraroma wangi sekaligus kaya manfaat. Antusiasme para petani semakin meningkat ketika mereka diajak untuk langsung mempraktikkan cara membuat berbagai jenis pupuk organik cair (POC) dengan bahan-bahan yang telah disediakan.

Seluruh partisipan yang hadir di kelompokkan berdasarkan jorong masing-masing yang terdiri dari empat kelompok (Jorong Hilia Balai, Jorong Tabu Baraia, Jorong Balai Satu, dan Jorong Tiga Suku). Mereka semua sangat antusias mengikuti sesi praktek yang didampingi oleh instruktur dari dosen Agroindustri dan Kimia FMIPA UNP, diantaranya Ibu Kiki Amalia, SP.MP., Ibu Syamsi Aini, M.Si., Ph.D., Ibu Faizah Qurrata Aini, serta Bapak Nofri Yuhelman, M.Pd. Selama sesi praktek, para peserta bekerja sesuai dengan buku panduan praktek yang telah diberikan dan dibaca sebelumnya. Proses praktek ini diharapkan dapat memberikan pengalaman langsung kepada para petani sehingga mereka mampu memproduksi POC secara mandiri di lain waktu. Antusiasme peserta dalam mengikuti pelatihan ini menunjukkan bahwa program ini sangat relevan dengan kebutuhan mereka. Para petani berharap bahwa dengan penerapan POC, mereka dapat mengurangi biaya produksi, meningkatkan produktivitas tanaman, dan pada akhirnya meningkatkan kesejahteraan mereka.

 

 

 

 

Setelah selang waktu 4-6 minggu, POC yang telah diproduksi dapat dipanen. Pada saat proses panen (14 September 2024), tim dosen kembali ke lapangan guna memastikan kualitas pupuk yang dihasilkan sudah sesuai dengan standar. Pada sesi panen bersama ini, juga terjadi diskusi yang hangat antara tim dengan kelompok tani. Salah satu peserta pelatihan, seorang petani sayur dari Jorong Paninjauan, menyatakan, “Kami berharap dengan adanya pelatihan ini, para petani dapat memaksimalkan hasil panen mereka tanpa harus menanggung biaya produksi yang tinggi. Selain itu, pupuk organik cair ini juga lebih ramah lingkungan.” Lebih lanjut, Taufik, kepala jorong di nagari, mengungkapkan bahwa ”Kami berharap, program ini dapat dilaksanakan secara berkelanjutan, karena melalui program ini kami menjadi tau tentang kapan, dan bagaimana cara yang tepat pemberian pupuk pada tanaman. Selama ini kami hanya menggunakan pupuk jadi yang dibeli di toko pupuk/pasar”.

Program ini diharapkan menjadi awal dari upaya peningkatan kesejahteraan petani di Nagari Paninjauan. Dengan mengurangi ketergantungan pada pupuk kimia yang mahal dan berpotensi merusak lingkungan, para petani dapat menciptakan sistem pertanian yang lebih ramah lingkungan dan berkelanjutan. ”Tentunya dengan adanya kegiatan semacam ini, diharapkan potensi limbah sayur yang terbuang percuma dapat diolah menjadi produk yang bernilai guna, dari yang awalnya limbah kemudian menjadi berkah, dan kelestarian lingkunganpun tetap terjaga”, pesan Fitri Amelia selaku ketua pengabdian (Fitri-Eka).